-->

Kirab Kebo Bule Malam 1 Suro di Solo, Sebuah Tradisi yang Unik

- 3/20/2017

Kirab Kebo Bule Malam 1 Suro di Solo, Sebuah Tradisi yang Unik

 
Kirab Kebo Bule Malam 1 Suro di Solo, Sebuah Tradisi yng Unik - Tempat Wisata Terindah - Di Kota Solo era ini terdapat sebuah Kerajaan bercorak Islam yakni Kasunanan Surakarta. Kasunanan Surakarta meruakan salah sat hasil pemisahan dari Kerajaan Mataram Islam. Hingga era ini di Kerajaan Kasunanan Surakarta ini masih berdiri serta mempunyai raja yng berkuasa. Berbeda yang dengannya Kasultanan Yogyakarta yng diberi keistimewaan bagi atau bisa juga dikatakan untuk menmerintah Provinsi Yogyakarta, Kasunanan Surakarta tak mempunyai keistimewaan itu. Meskipun Kasunanan Surakarta masih berdiri akan tetapi tunduk pada Pemerintahan Republik Indonesia sepenuhnya.
Menjdai sebuah kerajaan Islam, Kasunanan surakarta masih melestarikan macam-macam budaya yng bernafaskan Islam, di antaranya merupakan disaat memasuki Bulan Muharram ataupun malam tahun baru Islam, Kasunanan Surakarta menyelenggarakan Kirab Budaya berupa kirab Kebo Bule Kyai Slamet. Dalam Penanggalan Jawa, Bulan Muharram dikenal yang dengannya Bulan Suro, menjadikan kirab Kebo Bule ini Suka dikenal yang dengannya Korab Malam 1 Suro. Kebo Bule yng ada di Kasunanan Surakarta ini adalah hewan yng dikeramatkan pihak keraton. Kebo bule adalah jenis Kerbau albino, menjadikan dari penampakannya berbeda yang dengannya kerbau kebanykan. Lantaran albino, warna kerbau ini cenderung putih. Pendapat dari pihak Keraton Kasunanan, Kebo Kyai Slamet sendiri telah meninggal beberapa tahun yng lalu. Kebo bule yng saat ini masih ada ini merupakan keturunan dari Kebo Bule Kyai Slamet.
Kirab Kebo Bule Malam 1 Suro di Solo

Kirab Kebo Bule Malam 1 Suro di Solo


Asal Mula Kebo Bule Kyai Slamet


Nama Kyai Slamet sebetulnya bukanlah nama dari hewan kerbau bule, akan tetapi nama dari pusaka kerajaan yng kasat mata. Kerbau bule ini dia yng bertugas melindungi pusaka kerajaan Kasunanan Surakarta ini. Akan tetapi lantaran pusaka ini bersifat kasat mata serta cuma raja sendiri yng mampu melihatnya, maka tidak sedikit orang yng menganggap Kebo bule itu menjdai Kyai Slamet.


Sejarah Kirab Kebo Bule Malam 1 Suro


Pada era Pemerintahan Pakoe Boewono II, sekitar abad ke 17 yakni era Kerajaan Mataram masih di Kraton Kartasura, diceritakan bahwasanya di kerajaan terlaksana sebuah pemberontakan yng dilancarkan oleh Pangeran Mangkubumi yng membuat Raja Pakoe Boewono II Perlu melarikan diri ke Ponorogo. Di Ponorogo beliau ditampung oleh Bupati Ponorogo serta tinggal di sana bagi atau bisa juga dikatakan untuk beberapa waktu sampai-sampai kondisi aman. Pada masa pelariannya di Ponorogo yang telah di sebutkan, Sang Raja Kartasura itu memperoleh petunjuk gaib ataupun wangsit bahwasanya pusaka Kyai Slamet Perlu ‘direkso’ ataupun di awasi oleh sepasang ‘kebo bule’ ataupun kerbau albino andai ingin kerajaan aman serta langgeng. Atas Kuasa Tuhan yng maha Agung, seolah gayung bersambut, Sang Bupati Ponorogo tiba-tiba ingin menunjukan bhaktinya kepada rajanya yang dengannya mempersembahkan sepasang ‘kebo bule’ kepada sinuwun. Kebo bule ataupun kerbau albino merupakan hewan peliharaan yng Amat langka, cuma orang tertentu yng memilikinya. Maka sinuwun Pakue Boewono II mendapatkan yang dengannya baik ‘pisungsung’ (persembahan) sang bupati serta berterimakasih atas persembahan yng Amat sesuai yang dengannya kebutuhannya. Sinuwun membawa sepasang kerbau bule itu kembali ke Kraton Kartasura sesudah pemberontakan usai serta sampai-sampai kerajaan beralih tempat ke Desa Sala serta berubah nama menjadi Kraton Surakarta Hadiningrat.
Dalam peringatan naik takhta Paku Boewono VI, sekalian pergantian tahun dalam penanggalan Jawa malam 1 Sura, muncul kreativitas menghadirkan sosok kebo bule yng dipercaya menjdai penjelmaan pusaka Kyai Slamet dalam kirab pusaka.


Keunikan Kirab Kebo Bule Malam 1 Suro


Adanya event peringatan malam Tahun Baru Islam pada 1 Suro yang dengannya kirab Kebo Bule Kyai Slamet menjadkan satu atraksi budaya yng menarik bagi masyarakat sekitar. Malah pengunjung yng datang tak cuma dari Kota Solo sendiri akan tetapi pun dari aneka macam kabupaten disekitarnya. Selama kirab berlangsung, para abdi dalem yng ikut dalam kirab diwajibkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk tak bicara ataupun tapa bisu. Di sepanjang perjalanan, tidak sedikit warga yng berebut bagi atau bisa juga dikatakan untuk menyentuh kerbau yng dianggap keramat ini. Malah ada sebagian masyarakat yng mempunyai kepercayaan bahwasanya kotoran kerbau bule ini bisa memberikan berkah. Oleh lantaran itu kotoran kebo bule yng keluar di sepanjang perjalanan pun tidak hampir selalu ada yng mengambilnya.
Ada tidak sedikit cerita menarik berhubungan dngan Kebo Bule Kyai Slamet ini. Konon Kerbau Bule ini dibiarkan bebas berkeliaran di mana saja, malah hingga pergi ke luar Kota Solo. Andaikan kerbau ini memakan sesuatu, misalnya tanaman pertanian, maka umumnya petani membiarkannya serta tak mengusirnya. Petani malah terasa senang andaikan tanamannya dimakan Keebo Kyai Slamet lantaran hal itu bisa menjadi keberkahan yng tersendiri. Pada era Kirab malam 1 Suro, keberlangsungan kirab pun bergantung dari Kebo Bule Kyai Slamet ini. Kalau telah saatnya kirab dia tak mau keluar, ya berguna kirab akan dibatalkan. Suka fenomena Kirab Malam 1 Suro hingga mundur lantaran Kebo Bule ngambek gak mau keluar sangkar.



Berebut Kotoran Kebo Bule Kyai Slamet
Berebut Kotoran Kebo Bule Kyai Slamet


Demikian tadi berita ihwal Kirab Kebo Bule Malam 1 Suro di Solo, yng adalah Sebuah Tradisi yng Unik. Yang terakhir kami cuma ingin mengingatkan bahwasanya jangan hingga mempunyai kepercayaan yng berlebihan terhadap Kebo bule ini. Lantaran menjdai umat Islam pasti tahu bahwasanya cuma Allah Swt lah yng mempunyai kuasa atas segala sesuatu.
(Baca : 12 Tempat Wisata di Kota Solo Jawa Tengah )

Source Articles & Image : tempatwisatadaerah.blogspot.co.id

Seputar Kirab Kebo Bule Malam 1 Suro di Solo, Sebuah Tradisi yang Unik

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Kirab Kebo Bule Malam 1 Suro di Solo, Sebuah Tradisi yang Unik