-->

Saya Tukang Pamer, Bukan Pejalan

- 1/26/2017

Saya Tukang Pamer, Bukan Pejalan

 
ilustrasi

Jangan sebut saya pejalan, lantaran sejatinya saya tukang pamer. Saya bukan orang yng zuhud yang dengannya perjalanan serta mengambil makna dari perjalanan, saya tidak lebih bagian dari kelas menengah yng sok miskin, sok ngirit, sok kere dalam berjalan-jalan. Memenuhi ekstase gengsi kelas menengah yang dengannya melakukan perjalanan hingga membuat orang lain iri setengah mati. Semakin murah semakin berkelas.
Saya memanglah tukang pamer dalam larti sebenarnya. Gatal rasanya andai foto-foto perjalanan tak sesegera mungkin ditampilkan di social media. Kemudian tersenyum era ada yng meretweet, meloncat girang era ada simbol cinta di instagram serta tertawa girang era ada yng nyinyir ataupun keheranan mengapa saya terus mampu berjalan-jalan.
Di waktu lain misalnya, saya sengaja menebar informasi andai ada maskapai penerbangan yng menebar promo hingga gratis. Rela begadang demi menggoret tagihan di kartu kredit bagi atau bisa juga dikatakan untuk tiket gratis yng harganya mungkin tidak lebih seharga nasi bungkus di warteg sebelah. Andai tiket telah didapat maka saya segera posting di sosial media, saya memperoleh tiket promo tanggal sekian, harga sekian. Bagi saya, semakin murah harganya maka strata saya semakin tinggi. Betapa bangganya saya mendapatkan tiket murah tidak lebih dari ongkos makan saya di warteg sebelah.
Saya pun Suka mengejek-ejek sahabat yng iri, serta itu mungkin membuat orang-orang semakin iri malah benci. Namun tidak apa, toh saya tukang pamer, bukan pejalan. Yang dengannya orang-orang iri berguna misi saya terlaksana yang dengannya berhasil berat. Malah saya membuat list-list tempat tujuan yng pernah saya hinggapi, menjadikan suatu era saya mampu mengatakan “eh, aku sudah pernah kesini lhoo..” serta membuat teman-teman ataupun orang lain mati kutu.
Traveling itu tidak lebih dari kompetisi. Andai sahabat telah hingga di suatu tempat, saya tidak mau kalah. Perlu mengalahkan sahabat itu. Malah saya Perlu selalu menjadi yng pertama serta paling cepat memposting di dunia maya. Pertama berguna juara, tercepat berguna kebanggaan menjdai pejalan.
Saya tidak peduli yang dengannya orang-orang yng kelaparan diluar sana. Yng saya pedulikan merupakan bagaimana saya memotret makanan enak, eksotis serta membumbuinya yang dengannya kata-kata bombastis seolah makanan itu cuma ada di tempat yng saya kunjungi. Saya malah bodo amat andai makanan itu harganya selangit, lantaran bagi saya makanan itu merupakan sekalian puncak kebanggaan mencapai suatu tempat.
Kegalauan saya merupakan andai foto tak ada yng me-like, twit saya tak di retweet. Saya mampu blingsatan serta mempergunakan segala cara bagi atau bisa juga dikatakan untuk mencari perhatian. Naluri menjdai tukang pamer mengalahkan segalanya. Pokoknya seluruh Perlu tahu bahwasanya saya traveling, seluruh Perlu tahu kegiatan jalan-jalan saya.
Peduli setan masyarakat lokal terjebak kemiskinan, lingkungan rusak ataupun saya yang dengannya sengaja menyentuh terumbu karang era snorkling. Itu bukan tugas saya. Masyarakat miskin telah mampu dibantu oleh Kementerian Sosial, Kementerian Pemberdayaan Daerah Tertinggal ataupun melalui PNPM Berdikari, lingkungan rusak itu bagian Kementerian Lingkungan Hidup serta soal terumbu karang yng rusak, ah pasti telah ada LSM yng kelak mengatasinya. Tugas saya ya jalan-jalan saja, menikmati hidup, menikmati uang yng saya hambur-hamburkan.

Saya pasti nyinyir yang dengannya orang lain. Andai orang menasehati saya ihwal makna perjalanan, itu cuma desiran angin yng masuk pendengaran kanan serta sesegera mungkin keluar dari pendengaran kiri. Bagi saya, perjalanan merupakan bagaimana saya mampu jalan-jalan yang dengannya tiket murah, makan makanan eksotis, ke lokasi yng eksotis, foto-foto lalu pulang. Tak ada urusan yang dengannya makna perjalanan, yng penting merupakan gengsi serta status saya naik di depan khalayak ramai serta cap pejalan melekat pada diri saya.
Saya bangga yang dengannya gadget tidak murah saya, kamera termutakhir, tas merk luar negeri, pakaian brand ternama malah saya pun beberapa kali memperoleh sponsor bagi atau bisa juga dikatakan untuk jalan-jalan gratis. Bagaimana saya tak pamer? orang lain mengeluarkan effort maksimal, sementara saya like a boss. Tinggal duduk manis serta diservis. Enak to? Wajar kan kalo saya pamer-pamer?
By the way, jangan mengajak berdebat. Lantaran saya tidak akan menjawab debatmu. Saya cuma mau bilang saya telah kemana-mana serta anda cuma diam di depan monitor serta iri percis saya. Yng iri, yng mendebat, yng mengkritik saya sebetulnya merupakan tukang iri yng tidak mampu jalan-jalan sendiri. Coba tunjukkan anda telah kemana serta hingga mana? Pastilah kalah.
Nah. Sebetulnya saya mau pamer lagi. Namun rasanya terlalu tidak sedikit andai terus berpamer diri. Ramai sekali yng mampu saya pamerkan serta tidak akan habis-habis. Pokoknya ya, baca baik-baik goresan pena ini serta telah tahu kan kalau sebetulnya saya ini tukang pamer, bukan pejalan?
Tabik. [sumber]

Source Articles & Image : cakrawalatour.com

Seputar Saya Tukang Pamer, Bukan Pejalan

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Saya Tukang Pamer, Bukan Pejalan